Si pintar yang tau segalanya, atau si bodoh yang gatau apa-apa?

"Saya tuh paling gamau kalo ada orang nanya saya, terus saya bilangnya gatau atau gabisa, kesannya kok saya bodoh banget gitu"

Beberapa minggu lalu teman kerja gue ngomong begitu, gue lupa sih kita pada saat itu lagi bahas apa, tapi gue inget banget dia ngomong itu, it explain lot of things, kaya...

"si itu mah gimana ngga keteteran, orang kalo dikasih tugas dia gapernah sharing-sharing atau nanya pendapat, nanti mah dia ngeluh sendiri karena dikasih tugas banyak, padahal kan dia bisa minta bantuan kita biar tugasnya dibagi bagi"

"ah kerjasama sama dia mah gaenak Han, orangnya suka seenaknya aja, terlalu kreatif, orang lagi ngerjain apa, dia mah gamau gabung, eh tau-tau yang dia kerjain salah"

Dua kalimat diatas adalah perkataan teman kerja gue yang lain, pendapat mereka tentang si temen kerja gue yang ngomong kalimat paling pertama tadi, yang gamau bilang gatau atau gabisa.

I've told you it explain lot of things, dia gamau minta bantuan karena dia gamau bilang gabisa, akhirnya keteteran sendiri, dia suka seenaknya bersikap karena dia mau dianggap pinter, menurut dia apa yang dia lakuin itu yang paling baik, jadi ya dia berinisiatif sendiri, dia butuh pengakuan dari orang-orang disekitarnya kalau dia bisa, kalau dia yang terbaik, gaada yang sama kaya dia.

Kebalikannya dari si gamau bilang gatau atau gabisa ini, waktu kuliah, gue punya dosen, profesor, kuliah S1 dan S2 dua kali, jurusan yang berbeda, jurnal dan bukunya dimana-mana. Dosen ini kalau ngajar sering mengeluarkan kata-kata "eh itu tentang kebijakan ini gimana sih penerapannya dilapangan?, bapak kan ngga berkecimpung langsung disitu, jadi gatau kalo di lapangan kerjanya gimana, coba dong kalian jelasin ke bapak"

Lalu kita mahasiswanya pun menjelaskan terkait peraturan yang dibilang bapak dosen tadi, dari satu mahasiswa ke mahasiswa lain, saling menambahkan, diskusi berlangsung aktif.

Beberapa waktu kemudian gue pun tau kalo si bapak dosen itu ternyata turut andil dalam tercetusnya kebijakan yang dia bilang dia gatau di kelas, dia menulis beberapa jurnal juga tentang kebijakan itu, dan dia juga terjun langsung ke lapangan.

And I was like "wow, padahal pas dia bilang gatau, gue sempat percaya dan beranggapan masa dosen, profesor pula, gatau sih masalah ini"

Tapi kemudian gue menemukan jawabannya, bapak dosen ini berpura-pura gatau karena dia ingin kelas aktif, dia ingin tau sudut pandang mahasiswanya atau sejauh mana sih pengetahuan mahasiswa gue tentang kebijakan ini.

Kebayang ngga kalo di awal beliau bilang "saya turut andil loh dalam kebijakan tersebut", mahasiswa pasti takut untuk mengeluarkan pendapat, mikirnya "duh kalo jawaban gue salah gimana? si bapak pasti ngerti banget lah tentang kebijakan itu"

Akhirnya mahasiswa takut untuk mengemukakan pendapatnya, ruang diskusi tidak terbuka lebar, bapak dosen jadi gatau sejauh mana pengatahuan mahasiswanya, atau pendapat mahasiswanya terkait kebijakan yang dia turut andil di dalamnya, jadinya gabisa melakukan evaluasi deh tentang kebijakan tersebut.

Dari dua kasus itu, ada 2 jenis manusia si pintar yang tau segalanya, dan si bodoh yang gatau apa-apa. 

Ya, sebagai guru memang rasanya terlalu sempit untuk mengklasifikasi, untuk membedakan manusia dengan hanya 2 kategori tersebut, si pintar dan si bodoh, tapi sekali lagi, kita hanya berbicara dari 2 kasus itu.

Dan dari dua kasus itu kebayang kan kalau kita lebih memilih untuk jadi si pintar yang tau segalanya "gue bisa semuanya, gaada yang gue gatau, gue ga butuh kerjasama lu". Dengan bersikap kaya gitu, pastinya orang jadi takut dan malah untuk berkomentar, jadinya malah menutup informasi yang sebenernya bisa kita dapat, yang bisa nambah pengetahuan kita.

Sementara si bodoh yang gatau apa-apa, bisa lebih tau banyak informasi, karena dia terbuka dengan pendapat lain, tidak merasa dirinya paling pintar, "I dont know and I wanna know, can you tell me?"
mungkin kalimat itu yang jadi kalimat andalan, bersikap seolah kita gatau apa-apa, bahwa orang lain lebih tau dari dia, dan orang pasti seneng kan dibilang pintar, dibilang lebih tau, akhirnya, pengetahuan dia bertambah karena dapat informasi baru.

Tapi ya karena ini hidup, rasanya gabisa untuk menempatkan satu teori kedalam semua aspek kehidupan. Ada kalanya kita jadi si bodoh yang gatau informasi apa-apa, ada kalanya juga kita jadi si pintar supaya ngga terlalu direndahkan sama orang.

0 komentar:

Posting Komentar