Kuliah Kerja Nyata (Part 1)

Udah lama pengen posting ini, tapi ngumpulin moodnya susyeeh. Emang harus dipaksain sih kayanya, apalagi gue yang mageran ini. Kuliah Kerja Nyata atau yang disingkat KKN adalah sebuah program yang sudah dijalankan oleh sebagian Universitas di Indonesia saat ini. KKN bertujuan untuk menerjunkan mahasiswanya ke dunia/permasalahan nyata yang ngga didapat di dalam kelas. Di Universitas gue sendiri program KKN ini merupakan program baru. Angkatan gue jadi angkatan pertama yang diwajibkan untuk ikut KKN ini. Sepertinya karena baru, jadi Universitas pun baru mengirimkan mahasiswanya ke kota-kota yang ngga terlalu jauh, seperti Banten, Subang, Bogor, bahkan Bekasi.
     
Gue ikut KKN di putaran kedua. Gue sih gatau sistem KKN di kampus kita gimana, kalau di kampus gue sih kita nyerahin berkas, dan nanti kita tinggal tunggu nama kita ada di kelompok apa dan bakal KKN dimana, kalo lagi beruntung sih bisa dapet temen yang satu jurusan atau bahkan satu kelas, lumayan lah jadi ada temen barengan. Nah lucunya, nama gue sebetulnya ngga ada di KKN putaran kedua, tapi karena banyak mahasiswa yang ngundurin diri karena suatu hal, akhirnya gue pun menggantikan mereka. Info bahwa nama gue masuk ke KKN putaran ini jujur aja bikin gue panik saat itu, karena awalnya gue udah yakin nama gue ngga ada. Dan lebih panik lagi ketika gue liat nama temen sekelompok gue karena ternyata.....
     
Gue sekelompok sama mantan gue

     
Engga deng bercanda. Haha. Duh ga lucu ya? Yaudahsih maap, namanya juga usaha. Ehm, oke gue panik karena nama kelompoknya ngga ada yang gue kenal satupun karena mereka semua berasal dari Fakultas Ekonomi. Iya, 9 dari 10 anggota kelompok gue berasal dari FE. Satu lagi? ya gue. Gue anak FIP yang nyempil diantara anak FE. Tapi ya sutralah, toh temen kita dulu juga awalnya orang asing. Kelompok gue mendapat tempat KKN di daerah Banten. Yap, kita akan hidup bersama selam sebulan di Banten, tepatnya di sebuah desa bernama Pasauran.
     
Semua kebutuhan KKN pun kita persiapkan, mulai dari kebutuhan individu sampai kebutuhan kelompok. Untuk menambah info tentang KKN gue pun bertanya sama temen satu kampus yang udah ikut KKN di putaran pertama. Kalo dari cerita dia sih ada enak dan ngga enak. Enaknya karena gabut, jalan-jalan mulu dan dikasih uang. Ngga enaknya adalah ada yang kelompoknya kemalingan, kesurupan, sampe yang sekelompok sama orang yang nyebelin banget. Duh.
     
But show must go on. Hari keberangkatan pun tiba. Kampus udah rame dengan berbagai merk koper, tiker, kompor, dan sebagainya. Waktu yang dibutuhkan dari Jakarta ke desa Pasauran kurang lebih 3 jam. Sebelum ke desa tujuan, kita terlebih dahulu mampir ke kantor camat untuk minta izin sekaligus menyerahkan beberapa berkas dan tidak lupa juga kami berfoto. Hehe.

Kelompok KKN akoh. Harusnya 10, 6 cewe, 4 cowo. Tapi 1 lagi jadi kang foto

Setelah segala urusan di kantor Camat selesai, perjalanan pun dilanjutkan ke desa Pasauran. Di Pasauran kami tinggal di salah satu rumah warga yang kebetulan orangnya lagi keluar kota. Oh iya, yang dapet di Pasauran ada 3 kelompok, dan kelompok gue adalah satu-satunya kelompok yang dapet rumah kosong, 2 kelompok lain tinggal sama warga. Ada enak ngga enaknya sih dapet rumah kosong. Enaknya kita bisa sedikit bebas, maksud bebas disini adalah ngga takut mengganggu orang rumah ketika melakukan kegiatan. Nah ngga enaknya karena rumah yang bakal kelompok gue tempatin untuk satu bulan ini udah lama ngga ditempatin, jadi pertama dateng yang kita lakukan adalah membereskan rumah. Nyapu, ngepel, beresin tempat tidur, dapur, dan kamar mandi yang kolamnya udah ngga keruan bentuknya. Kurang tau sih itu rumah udah ngga ditempatin berapa lama, tapi begitu kita nguras kolam dan buka penyumbatnya itu di dasar kolam isinya tanah dan bahkan ada cacingnya. Oh my....

Movie Review: Just Before I Go

Akhirnya gue bisa nonton film lagi setelah  sekian lama ngga nonton. Setelah beberapa menit scroll judul judul film, akhirnya pilihan gue jatuh ke film komedi-drama berjudul Just Before I Go. Tapi untuk lebih pasti lagi gue pun memutuskan untuk lihat trailernya terlebih dahulu.
     
Jadi film ini bercerita tentang orang yang mau bunuh diri, tapi dia mau melakukan beberapa hal dulu sebelum bunuh diri. Nah untuk memenuhi “list”nya itu, dia harus pulang kampung, tapi ternyata semakin dia melakukan “list”nya satu persatu, justru semakin dia menemukan alasan alasan untuk ngga bunuh diri.
     
Itu aja sih singkatnya, kalo gue ceritain semuanya ya ga seru dong. Tapi film ini menghibur sekali kok. Menghibur dan banyak nilai moralnya. Yang paling gue inget sih, bahwa semua orang pasti punya masalah, di usia-usia gue sekarang khususnya.Usia-usia yang menentukan hidup kita mau dibawa kemana nantinya, dan yang perlu kita lakukan ya Fu*k of with that and keep your life goes on.

Forgiving Ourself

Forgiving Ourself. Memaafkan diri kita sendiri. Kelihatannya mudah, padahal justru ini yang tersulit. Ngga sedikit orang yang mau kembali ke masa lalu untuk memperbaiki sesuatu yang mungkin menurut mereka dan termasuk gue juga sih akan lebih baik kalau kejadiannya berbeda. Istilahnya itu "what if". Efeknya? Kalau yang gue alamin selama ini sih efeknya buruk banget. Berandai-andai tentang apa yang harusnya terjadi pada masa lampau cuma bikin stress, karena ngga akan mengubah apa-apa. Wasting time.
     
Nah kalo udah begitu harus bagaimana? Menurut gue yang harus kita lakukan adalah memaafkan diri kita sendiri. Memaafkan diri kita kalau ternyata pada masa lalu kita bukan orang terbaik yang kita pikir saat ini. Berdamai dengan diri sendiri. Apalagi kalo kita rasa selama ini kita udah terlalu keras sama diri kita. Tapi bukan berarti kita jadi manja loh. Hanya saja jangan terlalu keras, karena hidup sudah terlalu keras. Duile. Hahaha.

Life Skill

Waktu SMP gue pernah ikut ekskul masak, ekskul baru pada waktu itu. Kegiatan di ekskul ini selain masak adalah jualan hasil masakan yang keuntungannya kemudian akan digunakan untuk membeli bahan masakan lain. Nah yang unik adalah nama ekskul ini, "Life Skill". Waktu itu gue ngga terlalu ambil pusing sama nama ekskul  ini, cuma sekedar heran aja. Lulus SMP, rasa heran gue bukannya berkurang malah makin bertambah, apalagi ketika ngobrol sama temen SMA tentang ekskul semasa di SMP, ekskul masak-masakan gue ini termasuk unik.
     
Life = hidup, skill = keterampilan. Keterampilan hidup? Jadi memasak adalah sebuah keterampilan hidup. Masuk akal. Lalu timbul pertanyaan lain. "Apakah keterampilan hidup terbatas hanya pada masak-memasak?". Tentu aja jawabannya "tidak". Ya, semakin banyak kegiatan yang gue ikutin, semakin gue sadar bahwa keterampilan hidup itu banyak banget, walaupun emang ngga semua keterampilan tersebut akan kita gunakan di waktu yang bersamaan. Dan ngga sedikit keterampilan yang kita anggep sepele ternyata bisa menyelamatkan hidup kita.
     
Contohnya kemarin waktu gue ikut kegiatan pramuka, di salah satu pos gue diminta untuk membuat origami, sebuah keterampilan melipat kertas yang sebagian besar kita mungkin menganggap hal ini cuma hal iseng. Atau mungkin keterampilan untuk kepo? iya kepo, istilah untuk orang yang mau tau segala hal. Biasanya orang kepo ini akan punya banyak informasi, dan informasi yang didapat ini juga bukan sampah. Di beberapa kesempatan, sifat kepo gue berguna untuk menghidupkan suasana karena ada terus topik yang akan dibahas. Yang jelas life skill itu banyak banget.
     
Permasalahannya adalah banyak lifeskill yang harus kita pelajari, tapi sedikit waktu yang tersedia. Well, justru disitu kan tantangannya? bagaimana kita memaksimalkan waktu yang seminimal mungkin untuk dapat mempelajari life skill sebanyak mungkin.

Villains

Villain atau dalam bahasa Indonesia artinya penjahat. Tambahin s, villains, artinya jadi banyak penjahat atau para penjahat. Pastinya banyak para penjahat yang ada di muka bumi ini, tapi untuk sekarang gue akan membahas villains yang ada di film film. Kalo di film-film sih kebanyakan si villainnya bakal kalah sama jagoannya, tapi harus gue akuin tokoh villain ini justru yang jadi tokoh penting di sebuah film.
     
Nah, kenapa gue pake kata kata villains bukan langsung villain aja? Karena dalam sebuah film pasti penjahatnya banyak, tapi ada satu orang jadi jadi dalang, aka the boss. Banyak tokoh boss penjahat yang jalan pemikirannya bikin gue salut. Sumpah, ngga gampang loh jadi boss penjahat, kalo di dunia nyata orang itu pasti harus cerdas parah. Berikut ini adalah beberapa tokoh penjahat di film yang bikin gue terpesona.

Jigsaw
Yang pertama ada jigsaw dari film SAW. Well, bagi yang suka nonton SAW pasti tau dong seberapa cerdasnya jigsaw ini sampe dia bisa menjalankan tidakan sadisnya. Bagaimana dia bisa merancang alat untuk eksekusi sehingga dia ngga harus mengotori tangannya langsung.




The Joker
Kedua ada The Joker dari film the dark knight. Khusus untuk film ini  buat gue si joker ini justru yang jadi pemikat utama. Mungkin juga karena faktor gue ngga terlalu suka batman kali ya. Tapi emang jalan pemikirannya si joker ini perlu diacungin 2 jempol.




Ernst Stavro Blofeld
The third, ada penjahat dari film James Bond: spectre. Mukanya ngingetin gue sama draco malfoy dari film harry potter. Si Ernst Stavro Blofeld masuk ke salah satu penjahat favorit gue karena pemikirannya dan karena tampangnya yang lumayan walaupun udah bapak bapak. Hahaha. Salah satu tagline dia yang gue inget adalah "semua cuma terjadi di dalam pikiran kita".


Itu adalah beberapa tokoh penjahat di film yang menurut gue kece. Sebenernya masih banyak sih, tapi kayanya ga muat kalo dijabarin satu satu disini. Dan jangan lupa, ada yang lebih jenius lagi selain karakter penjahat itu, tiada lain adalah si kreator atau pencipta karakter penjahat tersebut. 2 thumbs up untuk mereka!

Single

Gue kuliah di salah satu jurusan yang sebagian besar isinya perempuan, di kelas gue aja laki-laki cuma 3 dari 43 mahasiswa. Malah ada yang laki-lakinya cuma 1 dalam satu kelas. Kondisi kaya gini menjadikan sebagian besar mahasiswi di kampus gue belom punya pacar aka single, apalagi kampus gue ini ngga nyatu sama kampus pusat, makin mempersulit kita buat dapet pasangan dari lain jurusan aja. 

Tapi buat gue pribadi hal ini bukan masalah besar, it's fine for being single, walaupun emang ada keuntungannya sendiri sih punya pacar. Tapi diluar sana ternyata ada beberapa orang yang menganggap hina orang yang ngga punya pacar, dan menurut gue anggapan ini tuh aneh banget. Gue pernah bbman sama temen smp gue (cowo) yang punya anggapan kaya gini. Menurut dia gue tuh menyedihkan abis karena ngga punya pacar, dia pun mulai mengeluarkan berbagai macam argumen yang pada intinya menyimpulkan bahwa punya pacar itu penting. Walaupun pada akhirnya semua argumen dia bisa gue patahin.
     
Tapi sebagai orang yang berpikiran terbuka gue juga gamau bilang kalo punya pacar itu ga ada gunanya. Untuk beberapa hal emang punya pacar itu membantu. Tapi kenapa gue masih belom punya pacar? Serius deh gue ngga punya pacar bukan karena ngga ada yang pernah nembak, gue cuma jadi lebih selektif, apalagi di usia yang ngga muda. Buat pacaran maen-maen yang cuma karena takut dibilang jomblo di umur segini tuh ngga banget menurut gue. For me, it's better wait a little bit longer for the best result.