Beberapa waktu yang lalu gue nonton sebuah film animasi
dengan durasi 30 detik yang dibuat sama Ryan Adriandhy. Ryan termasuk salah
satu komika favorit gue dan biasanya ketika gue nonton show dia maka gue akan
bergumam “lah iya, kok gue ngga kepikiran ya”. Ryan bisa menjadikan hal-hal
kecil yang biasanya kita lewatkan menjadi suatu hal menarik untuk ditertawakan,
salah satu komika yang memperhatikan detail. Setelah lama tidak terdengar kabar,
kemarin Ryan muncul di salah satu Vlog Raditya Dika, di Vlog itu di ceritakan
kalau Ryan sedang menempuh studi di Amerika dan mengambil jurusan animasi,
karena itulah dia memutuskan untuk vakum dari dunia hiburan. Dan kalo gasalah denger
sih di Vlog itu Ryan bilang kalo dia ngga akan menghibur di panggung stand up comedy
lagi, duh plis ya semoga gue salah denger.
Back
to topic, jadi film animasi buatan Ryan ini berjudul Ben’s Big Debate, tentang
perdebatan antara otak kiri dan otak kanan. Endingnya? Tonton sendiri ajadeh, cuma
30 detik kok, nih filmnya
Ngga cuma dalam animasi di atas, perdebatan antara otak kiri
dan kanan sering terjadi dalam kehidupan sehari hari. Yang aneh adalah kita
sering mengatakan “duh, otak sama hati emang suka beda pikiran” Lah emang hati
bisa mikir? Tapi gue ngga tau sih apakah perasaan emang ada hubungannya sama
hati atau itu hanya istilah belaka. Terlepas dari otak kiri, otak kanan dan
hati, memang ada saatnya ketika kita berdebat sama diri sendiri, apalagi ketika
berbicara soal perasaan.
Kita pasti pernah nonton film cinta cintaan yang endingnya
si pemeran utama ini jadian sama orang yang ngga pernah dia sangka-sangka,
orang yang ngga masuk ke kriteria si pemeran utama, tapi mereka jadian, walaupun
di awal-awal film pasti terlebih dahulu ada penolakan dari diri si pemeran
utama ini. Nah, apakah hal kaya gitu bisa terjadi di kehidupan nyata? Menurut
gue sih bisa banget.
Sedikit cerita, gue, seperti kebanyakan orang juga membuat
beberapa persyaratan atau kriteria untuk orang yang nantinya akan jadi pacar
atau mungkin pendamping hidup, kriteria seperti harus tinggi, mancung, open
minded, dst. Lalu pada suatu momen, gue
diharuskan untuk bekerja sama dengan 9 orang dan beberapa di antaranya adalah
lelaki. Momen kerjasama itu membuat gue mengetahui gimana sih karakter mereka,
dan jujur ada 1 cowo yang hampir memenuhi seluruh kriteria yang gue buat tadi.
But, you know what? Suatu hari para cewe-cewe ini main
jujur-jujuran, dan timbullah pertanyaan “diantara cowo disini, siapa yang akan
kalian pilih untuk jadi pacar”? surprisingly, jawaban gue malah bukan 1 cowo
yang hampir memenuhi kriteria yang gue buat, justru cowo lain yang yang kepribadiannya
membuat gue tertarik. Setelah mengeluarkan jawaban itu gue aja heran sendiri,
kok bisa sih gue jawabnya dia. Mungkin seperti film animasi Ben’s Big Debate
yang dibuat Ryan, disaat otak gue disibukkan dengan kriteria yang gue buat, tanpa berpikir terlebih dahulu, hati gue mengambil
tindakan sendiri.
0 komentar: