Being Adult

 Waktu gue masih duduk di bangku sekolah dasar, ngeliat kakak gue yang saat itu SMA kemudian kuliah dan kerja, rasanya jadi dewasa itu menyenangkan sekali. Punya pacar, bisa jalan jauh, bisa nonton semua film.

Time flies, turns out menjadi dewasa ternyata tidak semenyenangkan yang gue bayangkan waktu kecil. Menjalin suatu hubungan ternyata ngga mudah, hubungan dengan pacar bisa kandas di tengah jalan, teman yang selama ini selalu kita utamakan ternyata ngga ada di saat kita terpuruk, rencana-rencana yang dibuat dengan penuh optimisme satu persatu berguguran dihempas kenyataan, dan bisa nonton semua film ternyata ya udah gitu aja, ngga spesial spesial amat.

Ketika masih anak-anak mau buru-buru dewasa supaya bisa nyoba berbagai hal, tapi ketika udah dewasa malah pengennya balik lagi ke masa anak-anak, ketika semua hal masih begitu sederhana, tidak serumit saat dewasa.

Ketika dewasa akan banyak hal-hal yang membingungkan, temen lu yang ngga pernah ibadah ternyata hidupnya lebih baik dari lu yang masih inget ibadah, orang yang ngelakuin hal jahat, tapi turns out hidupnya mulus-mulus aja, mana karma?

Pilihan-pilihan yang diperjuangkan setengah mati ternyata berbuah kekecewaan, sebaliknya, pilihan yang dijalani setengah hati malah berbuah manis. Lho kok bisa begitu?

Kita diajarkan gaboleh berjudi di agama, tapi hidup itu sendiri ternyata sebuah perjudian. Kita ambil sebuah keputusan, dan mempertaruhkan hidup kita, kalau menang kita dapat untung, tapi kalau ternyata pilihan yang kita ambil salah ya....

We never know what we gonna get in life.

And as far as I know, adult life is confusing.

0 komentar:

Posting Komentar